Gagal Praktis

:mrgreen: Its time to ngedumels. :mrgreen:

Hish, malam ini enggak ada teman bicara. Tidak sepi, sih. Karena di Mushalla masih ada aktivitas ramadhan. Televisi juga masih banyak menyuguhkan acara-acara yang emmm gitu, deh. Jadi, enaknya ya ngomong sama Blog. Ngedumel di Blog. 😆

Sejujur-jujurnya, ngedumelpart ini agak-agak enggak penting. Tadi di tempat kerja ada satu hal yang saya kerjakan, dimana pekerjaan itu menurut saya cukup mubadzir. Ini tentang laporan ke pusat.

Laporan ini dibuat tiap semester. Step by stepnya sudah tercover pada selembar kertas yang ditujukan kepada masing-masing satuan kerja (satker).

Mulai dari cek ini itu, back up sana sini sampai dengan cara pengiriman laporannya. Sampai tahap pengiriman ini lah yang membuat saya ngedumel. Bukan berati enggak ikhlas lho. Suweeers.

Pasa step ke tiga tertulis “pelaporan ke pusat dikirim by email”.

Kita semua tahu, zaman sudah berganti. Sekarang apa-apa hampir semuanya serba elektronik. Tapi, sistem elektronik dalam pelaporan di sini menurut saya tidak berlaku untuk sebuah kepraktisan, kefektifan dan efisien. Setelah saya scan dokumen kurang lebih 250 lembar, ternyata masih ada step pelaporan tahap dua.

Adalah seluruh satker harus mengirim laporan (lagi) dalam bentuk hard copy. Hahahaha Artinya, gagal praktis untuk pelaporan, dong ding dong. Gagal efektif untuk waktu. Gagal efisien untuk dana pengiriman dokumen, serta SPD. Hiiish banget, deh!

Sistemnya nanggung banget. Apa manfaat dari dokumen yang sudah discan, sudah dikirim by email? Menuh-menuhin inbox dowang keleus, yes? 😆

Apa manfaat dokumen yang dikirim dalam bentuk hard copy? Nyampah gak, sih? :mrgreen:

Duduh aduuh, apa enggaj sebaiknya pilih satu-satu saja? Kalau dua-duanya gini, takut ada yang mubadzir.

Besok lusa mau saya tanyakan tentang hal ini, ah. Soalnya, lebih baik ambil yang praktis saja. Terpenting kan tidak keluar dari sistem atau teknis.

13 komentar

  1. wah 250 lembar di scan?
    betewe akhirnya itu agak2 nyerempet calon ga sih? 😆 hehehe

  2. kalo aku sih setuju aja dengan pelaporan kayak gitu (hard & soft) soalnya saya sendiri misal review laporan pake dua-duanya. yg hard bisa dicorat-coret dan g harus natap monitor terus kalo masalah otentiknya lbh mudah dibuktikan dengan hard (cap dan ttd), kalo pake soft kelebihannya kan ada fungsi “find”,,,hehe

  3. sabar..sabar… bulan puasa 🙂

  4. Indonesia gitu loh…

  5. Ada yang aneh ya … Heran kan? Itulah birokrasi negeri kita … kalau sudah ‘$erba Praktis … itulah sistem yang diterapkan bin dipatuhi ketat di negara tetangga kita … Sistem Satu Pintu plus Satu Atap..!

    1. Negara tetangga itu siapa, Pak? 😆

  6. Ooo ya … sistem birokrasi kita … kalau bisa dibikin susah kenapa dibikin mudah?

    1. Hahahah. .
      Kebalik gak, sih?

  7. Hahaha … Yah begitulah, Dah …
    Eh, itu yang minta dikirim lewat email, bukannya yang diminta adalah soft file-nya ya?

    1. Hasil Scan yang sudah di tanda tangani atasan plus stempel, Ka. .. Byuuh

  8. biasanya yg hardcopy itu untuk keperluan audit, Dah, di kantorku dulu gitu jg soalnya, ada beberapa dokumen yg emang harus kudu wajib tetep ada ‘wujud’nya mesti udah dscan heuheu

  9. Assalaamu’alaikum wr.wb, Idah…

    Memang sangat menyebalkan jika segala proses yang kita lakukan sudah betul. tetapi tidak efektif saat penghantaranhya. Kemudahan teryata tudak dimanfaatkan dengan baik.

    Salam Ramadhan dari Sarikei, Sarawak. 🙂

  10. Woh di daerah udah mulai ada yang menerapkan sitem kaya gitu ya…

Tinggalkan Balasan ke ahsanfile Batalkan balasan