Cekap Sakmenten

Rasanya saya jadi kurang suka, benci dengan kata yang saya jadikan judul postingan ini. Cekap Sakmenten!!! Benci di sini beralasan kok. Bukan asal benci saja. Ini bencinya entah pada kata, atau pada “pengguna” kata. Oke, saya tentukan saja. Bahwa saya (maaf) entah kenapa kurang suka pada orang yang mengucap kata Cekap Sakmenten, tapi banyak tapinya.

Cekap Sakmenten hanya ada dalam kamus bahasa jawa alus, yang memiliki arti Cukup Sekian.

Apa yang terlintas dipikiran kamu, ketika mendengar kata tersebut diucapkan oleh seorang pada sambutan acara?

Alhamdulillaah, selesai!!! Begitu bukan?

Aduh..jangan-jangan hanya saya saja yang berpikir demikian. :mrgreen: Biarlah, yang jelas saya keki banget sama orang yang sudah bilang cukup sekian, tapi setelahnya masih ada banyak kata yang diucapkan. Sampai ia sendiri tidak sadar, sudah berapa kali kata cekap sakmenten itu terlontar.

Seperti yang terjadi saat Shalat Idul Adha tadi. Setelah penceramah mengatakan cekap sakmenten, para jama’ah sudah siap-siap akan berdiri untuk melakukan shalat. Ada yang merapikan barisan, dan juga sajadah.

Tapi, tapi, tapi apa yang terjadi?

Usai penceramah mengucap kata tersebut, ternyata masih banyak kelanjutannya. Bahkan banyak banget nget nget. Jadi, kata tersebut semacam dijadikan kata penghubung, terus diulang-ulang.

Kejadian macam ini tidak hanya pas shalat ied saja. Pernah, saat yasinan di rumah saudara, ada oknum yang sejenis. Mengulang kata cekap sakmentenke mawon!!! Tapi, setelahnya masih saja ceramah panjaang!!! Hish

Aduh…saya jadi enggak tahu harus ndongkol, marah, atau tertawa setelah menulis postingan ini. Tertawa saja lah, ya. Biar makin keren, dan awet muda. Anggap saja yang udah ngomong cekap sakmenten itu enggak tahu artinya. 😆 :mrgreen: :mrgreen:

13 komentar

  1. Hahaha…cukup sekian … tapi masih nambah … malah makin panjang ya … ber-tele2 akhirnya … 😉

  2. Dwi Puspita · · Balas

    hahahaha,,aku aja nggak ngerti itu artinya apaan mbak,,,

  3. Cekap sakmenten = Cukup sekian 😀

  4. Haahahahaha, pernah-pernah… pernah juga ngalamin kejadian serupa! :))

  5. Matur nuwun. Harusnya itu kata yang menyertai cekap sakmenten. Barangkali si pembicara lupa, jadi perlu diingatkan, Mbak. 🙂

  6. dimaklumi saja mbak, atau nanti kalau mengalami kejadian seperti ini lagi langsung samperin orangnya, kemudian diberi pengertian supaya dikemudian hari tidak melakukan salah kaprah lagi terkait penggunaan kata ‘cekap sakmenten’ 🙂

  7. hahahhaaaa…. lupa kali ya kalau dia ngomong gitu. aku juga pernah ketemu hal demikian. namun pe sekarang itu sudah beberapa tahun berlalu, semoga aja tidak ada lagi. karena yang bikin kita kesal adalah kelanjutannya ternyata lama dan banyak banget. makasih atas info yang inspiratif dan menarik ini. salam sahabat blogger dan ditunggu kunjungan baliknya di bengkel blogger.

  8. hahahaa.. itu sih namanya PHP, pemberi harapan palsu :))

  9. kalo aku denger ceramah, tunggu sampe kalimat “wabilahitaufiq walhidayah … wassalamualaikum wrwb” … baru yakin ceramahnya udah abis hehehehe

  10. Aku juga baru denger cekap sakmenten 😀

  11. Hahaha, kalau saya memang gak ngerti beneran tuh, Dah 😀

  12. bete biasanya hehehe, cukup sekian tapi nambah lagi nambah lagi

  13. Lah artinya cekap sakmenten, ning dereng rampung ya Non….

Tinggalkan Balasan ke mila Batalkan balasan